SEPUTARSUMBAR, Jakarta — Ketahanan perempuan dalam bidang politik kini semakin diuji karena permasalahan global yang semakin kompleks dan berdampak pada kualitas hidup perempuan. Karena itulah perempuan harus menjadi bagian dalam pengambilan kebijakan, untuk memberikan perlindungan bagi kaumnya, apalagi hal ini menjadi agenda global dan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDG’s.
Untuk mewujudkan hal ini, keterwakilan perempuan dalam parlemen menjadi salah satu kunci keberhasilan untuk memastikan agar perempuan bisa menjadi bagian dalam pengambilan keputusan. Sayangnya, hingga kini keterwakilan politik Indonesia di dalam politik, baik dalam pemerintahan maupun di parlemen tidak pernah mencapai 30%.
Berdasarkan hasil Pemilu 2019, keterwakilan perempuan di Lembaga Legislatif Nasional (DPR-RI) berada pada angka 20,8 persen atau 120 anggota legislatif perempuan dari 575 anggota DPR RI (KPU, 2019).
Mengingat pentingnya hal tersebut, Program Studi Kajian Ketahanan Nasional Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, melaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat dalam bentuk Forum Interaktif berjudul Women Resilience in Politics: Strategi Pemenuhan Keterwakilan 30% Perempuan untuk Penguatan Konsolidasi Demokrasi di Indonesia.
Kegiatan yang dilaksanakan bekerjasama dengan Lemhannas RI, Women Children Resilence (WCR) TVRI dan Gema Waskita Interaktiva dan difasilitasi di @america, Pasific Place Mall. Kegiatan dibuka oleh Jordan Younes, Political Officer, U.S. Embassy Jakarta dan menghadirkan Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto sebagai keynote speaker.
Andi menjelaskan bahwa partisipasi perempuan di parlemen dan public di Indonesia bisa dikatakan mengalami peningkatan tetapi belum ideal. Capaian Indonesia masih di bawah rata-rata global dan target nasional sebesar 30%.
Acara forum interaktif dipandu oleh Teungku Fajri (presenter TVRI) dan menghadirkan para narasumber Rieke Dyah Pitaloka, anggota DPR RI FPDIP, Komisi VI, Meutya Hafid, Ketua Komisi I DPR RI FPG dan Luluk Nur Hamidah, Komisi VI DPR RI FPKB, sekaligus Sekjen Kaukus Perempuan Parlemen Indonesia .
Dalam forum, Rieke Dyah Pitaloka yang juga merupakan kader PDIP tersebut mengatakan bahwa yang penting itu bukan angka, tetapi bagaimana peran perempuan bisa terlibat dalam pengambilan keputusan. Rieke menceritakan kisahnya ketika dia memaksa Presiden Jokowi setelah menang Pemilu 2019 ketika itu, untuk menandatangani kontrak politik di atas meterai, karena sebagai tim kampanye nasional Jokowi, Rieke ingin memastikan bahwa pemerintahan Jokowi akan lebih responsif gender.
Luluk yang berasal dari PKB berbagi pengalamannya yang selalu berusaha mempertahankan idealisme politik dalam berjuang, tanpa harus terlibat money politic, agar saat menjadi parlemen nanti perempuan bisa memperjuangkan aspirasi masyarakat di daerah pemilihannya dengan memperjuangkan isu yang faktual di lapangan, misalnya buruh perempuan dan nelayan perempuan agar terhindar dari kemiskinan.
Hal ini didukung oleh Andi Widjajanto, Gubernur Lemhannas yang mendorong penguatan partisipasi politik perempuan dengan mengangkat isu-isu perempuan dan fokus pada penjaminan mutu pelayanan.
Meutya Hafid mengingatkan para kader perempuan bahwa perjuangan perempuan diawali di partai politik. Kader perempuan harus menjadi aktif dan sesuatu dulu di partai agar bisa dicalonkan dan jangan pernah berhenti untuk belajar meningkatkan kapasitas.
Para peserta yang hadir di @america secara luring 200 orang dan sepakat bahwa dukungan keluarga juga sangat penting bagi perempuan untuk meningkatkan kepercayaan diri untuk maju mencalonkan diri sebagai legislative. Selain diikuti oleh peserta para kader partai perempuan dan pemilih muda yang hadir langsung di @america, kamis 30 Agustus 2023 , kegiatan ini juga diikuti 700 orang yang ikut bergabung secara online.
Margaretha Hanita, sebagai dosen penanggung jawab acara pengabdian masyarakat forum interaktif ini menyampaikan bahwa tujuan kegiatan telah tercapai, karena banyak perempuan dan pemilih muda yang mendapatkan edukasi dan inspirasi dari para narasumber tokoh parlemen perempuan yang professional dan kompeten di bidang kerjanya masing-masing. (rc)
Komentar