Meneropong Pilkada Sumbar 2024 dan Refleksi Pilkada Sumbar 2019

Oleh : Errizal
Sekretaris DPW Gelora Sumbar

Riuh Pilkada Sumbar 2024 sudah terasa panasnya di sosial media, baik itu di Facebook atau group – group wa komunitas urang awak di kampung dan di rantau.

Hujatan kinerja buya Mahyeldi hampir setiap hari mewarnai sosial media urang awak, apakah ini pertempuran sebagai bentuk kekecewaan masyarakat yang tidak mendukung Mahyeldi saat pilkada atau pertarungan politik Andre Rosiade dengan buya Mahyeldi menyeret nyeret netizen entahlah.

Sedikit mundur kebelakang pada Pilkada 2019, Kemenangan Mahyeldi atas Mulyadi atau Nasrul Abit, Bagi Mulyadi Kekalahannya Murni Karena Kehadiran Pak Fahrizal – Genius Umar dan Kehadiran Pak Fahrizal – Genius Umar justru yang membantu kemenangan Mahyeldi dari Mulyadi.

Hasil 4 kali survey Mulyadi menang telak, namun menjadi porak poranda karena kehadiran pak Fahrizal dan Genius Umar di pilgub 2019.

Muncul Nama Nama Jelang Pilkada 2024, ada Nama Andre Rosiade, Fadli Amran, Sutan Riska, Audy dan Ganefri.

Tapi kita perlu lihat refleksi pilkada sumbar 2019, seperti apa saat itu, berikut catatan Erizal sekretaris Partai Gelora Sumbar saat pilkada 2019.

Manuver Datuak Bangso

Dalam Pilgub Sumbar kala itu, nama Febby Datuak Bangso layak disebut. Ketua DPW PKB saat itu, cukup aktif dan agresif bermanuver. Tidak saja sebagai salah seorang bakal calon, juga sebagai playmaker yang lincah dan kreatif.

Datuak Bangso bisa dengan mudah membantu pertahanan sendiri, tapi pada saat yang sama juga bisa efektif merusak pertahanan lawan. Ia cepat merebut bola pada saat kehilangan, juga membagi bola agar gawang lawan cepat bobol.

Dengan bermodalkan 3 kursi di DPRD Sumbar, posisinya cukup strategis. Apalagi, tiga partai (PKS, Demokrat, dan PAN) memiliki kursi yang sama, yakni 10 kursi. Artinya, salah satu saja berkoalisi dengan PKB, cukup syarat buat maju.

Tak tanggung-tanggung, Datuak Bangso sudah menenteng Irwan Prayitno, sesepuh PKS, yang juga Gubernur Sumbar, bertemu dengan Cak Imin di Jakarta. Prinsipnya Cak Imin setuju, jika PKS-PKB serius berkoalisi di Pilgub Sumbar.

Tapi, sepertinya, koalisi bakal batal menyusul mundurnya Riza Falepi dari bursa pencalonan di internal PKS. Pasangan Riza-Febby yang sudah sampai ke meja Cak Imin, belum menuai hasil. Riza tiba-tiba mundur. Entah sebab apa?

Tapi, apakah Datuak Bangso patah semangat? Tidak. Ia malah menggandeng “sumangaik baru” alias Faldo Maldini berpasangan. Nama Faldo sudah mengapung. Ia menggugat sejak awal ke MK, soal batas umur cagub-cawagub.

Nasib baik, Pilkada diundur Artinya, soal umur tak ada masalah. Tapi, kenapa Datuak Bangso di posisi wakil? Bukankah PKB punya 3 kursi, sementara Faldo (PSI) tak punya kursi? Di situ hebatnya manuver Datuak Bangso. “Punya cara”.

Ia mempersilakan Faldo untuk menggenapkan dukungan. Ada potensi di PAN sebagai alumni. Faldo masih bisa membuka jalan. Siapa tahu ada harapan. Selama belum terdaftar di KPU apa pun bisa terjadi. Pilkada saja bisa terundur.

Apakah Datuak Bangso berpangku tangan saja lagi? Tidak, Habis deklarasi bersama Faldo. Ia sudah bertamu ke PDIP dan lanjut ke Golkar. Benar-benar manuver yang tak ada habisnya. Soal hasil, nanti saja. Kini, berproses dulu. Bila tak sekarang, bisa juga nanti. Mainkan, Tuak!!

Datuak Bangso “Malayok” Rendah di Tikungan

Setelah terbit SK PKB buat Mulyadi-Ali Mukhni, terbit lagi SK PKB buat Fakhrizal-Genius Umar. Entahlah, mana yang berlaku? Apakah saat mendaftar nanti, akan terbit lagi SK PKB buat Nasrul Abit-Indra Catri? Entahlah. Tak ada yang bisa menjawab secara pasti. Tunggu saja di meja KPU. Ini jawaban yang paling aman.

Tapi, di mana Ketua DPW PKB Sumbar, Febby Datuak Bangso berdiri bersama SK itu, maka di situlah SK PKB yang sebenarnya berlaku. Yang lain, hampir bisa dipastikan tersingkir. Datuak Bangso masih saja “malayok”, berbelok rendah menyentuh aspal yang licin seraya memotong di tikungan akhir. Dan ini, bukan yang pertama.

Setidaknya, ini yang keempat kalinya. Pertama, menggandeng Riza Falepi yang ditemani Irwan Prayitno, Gubernur Sumbar, bertemu Cak Imin (Muhaimin Iskandar) di Jakarta. Rasa bibir di tepi cawan, maklum dukungan orang nomor 1 Sumbar itu tak main-main. Mendadak, ditinggal Riza yang menyerah, karena tak ada kejelasan.

Kedua, mendorong Faldo Maldini di depan dan ia memilih nomor 2. Ini banyak yang menilai tindakan bodoh, karena memberikan tiket pada orang yang tak punya tiket. Tapi yang namanya Datuak Bangso, bergeming. Ia jalan terus. Dan Faldo memang tokoh muda fenomenal, yang serius tampil, hingga menggugat UU ke MK.

Ketiga, merasa Faldo-Febby tak kunjung meraih dukungan tambahan, Datuak Bangso mulai menggagas poros baru bersama Golkar dan NasDem. Hebatnya, ia tetap setia bersama Faldo dan mendaftar bersamaan. Termasuk, Fakhrizal-Genius Umar yang gagal lewat jalur independen, juga ikut mendaftar ke poros baru.

Sangat jelas, Golkar tertariknya pada pasangan Fakhrizal-Genius Umar daripada calon lainnya, termasuk Faldo-Febby sendiri. Makanya SK-nya lebih dulu beredar baru disusul NasDem. Tapi, dua SK ini tak berguna jika SK PKB beralih pada yang lain. Dan itu telah beredar buat pasangan Mulyadi – Ali Mukhni, kemarin. Poros baru bubar.

Ini yang terakhir. Saat harapan sudah pupus, Datuak Bangso tampil lagi dengan SK buat Fakhrizal-Genius Umar. Tak hanya pasangan ini yang selamat, poros baru, Golkar dan NasDem pun, juga ikut selamat, dari ketinggalan kereta. Benar-benar licin Datuak Bangso ini berpolitik. Tak ada habisnya. Empat pasang ini membuat Pilgub Sumbar semakin bergairah dan asyik.