Keresahan Erman Syafar Bentuk Kecintaanya Terhadap Bukittinggi

Oleh : Febby Dt Bangso

Keresahan Walikota Bukittinggi Erman Syafar terhadap situasi sosial yang terjadi di Kota Jam Gadang ini adalah bentuk kecintaanya terhadap di bukittinggi. Apa yang disampaikannya bukanlah satu tuduhan atau fitnah karena disampaikan sangat terbatas dan tidak menyebutkan nama ataupun alamat diduga pelaku, ini semua adalah rasa bentuk kekhawatirannya selaku walikota sambil merenung mengajak kita semua untuk bersama sama duduk mencari solusi dari kemelut sosial saat ini.

Kabar ini harusnya menjadi warning bagi kita semua, jan dek raso malu nan bana ndak tasampaikan, seandainya itu tidak terjadi alhamdulillah kita bisa siaga dan waspada, kalau terjadi apa langkah kita kedepannya.

Setelah rasa kegelisahannya terlarang tentang hubungan anak dan ibu, dugaan kasus incest ini yang membuat walikota dilaporkan ke polres bukittinggi.

Tentu rasanya tidak elok kekhawatiran Walikota Bukittinggi dijadikan mainan politik atas nama malu, padahal mungkin saja itulah kondisi kita hari ini, apa yang dilakukan walikota menurut saya itulah bentuk kecintaan nya terhadap kota ini, jangan kita tutup mata, hanya mengedepankan rasa malu sehingga yang benar tidak tersampaikan dan kita tidak bersungguh sungguh mencari solusi.

Persoalan persoalan sosial, narkoba, judi ataupun kekerasan seksual ataupun anak berhadapan dengan hukum. Kita hari ini paradoks, Minangkabau dan Sumatera Barat Menganut sitem matriakat dengan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABSSBK) ternyata angka kekerasan perempuan dan pelecehan seksual tinggi.

Harusnya zero kasus, kita menghargai perempuan, kita matriakat, kita ABS SBK, Pemimpin kita juga ustad harusnya bisa lebih meminimalisir persoalan persoalan larangan dalam agama dan adat, bahkan kita banyak yang jadi niniak mamak, mari kita sama sama berbenah, kana manganaan, kok talalok ado nan ka manjagoan.

Kekecewaan ninik mamak, pemangku adat wajar tapi tentu saja niat baik seorang walikota juga harus dipertimbangkan , saya yakin tak ada niat beliau untuk memfitnah siapapun itu, membuat malu kota yang dipimpinnya tapi saya yakin dek sayang nyo ka niniak mamak dan pemangku adat beliau kanakan , beliau sampaikan dengan hati hati tapi yang pasti keinginan beliau menjaga kota yang dipimpin amanah yang ninik mamak berikan saat pilkada pasti akan beliau jaga dengan baik

Mungkin saja kito kaget dengan berita dan informasi tersebut tapi ini harusnya menjadi cambuk bagi kita sumatera barat, tokoh masyarakat, pejabat publik dan tentu saja perguruan tinggi, bila perlu kita kaji secara mendalam apa saja yang menjadi persoalan sosial dan pergeseran nilai nilai budaya saat ini.

Kalau perlu peningkatan kualitas ilmu agama kita kalau memang harus, harus kita lakukan jangan cepat sekali kita anggap seorang yang hanya mampu baca sedikit ayat sebagai orang siak dan alim, jangan sampai negeri minangkabau ini menjadi tempat pakiah singgah , jalan diasak urang lalu , pasa diasak urang manggaleh.

Kita masih punya buya buya disurau yang dalam ilmu agamanya , mengkaji dan dikaji, kita masih banyak tuo tuo silek dan guru tarekat yang bisa menjaga tradisi dan nilai nilai budaya jangan sampai tergerus oleh oknum ustaf yang memegang kunci surga , gampang sekali mengkafirkan dan mengharamkan orang karena ini tidak sesuai dengan nilai nilai syarak mangato adaik mamakai.

Mari kita sama sama berfikir jernih dengan kepala dingin niat baik pak walikota dan niniak mamak.di bukittinggi bisa bertemu ruas dan buku, jangan dipolitisasi niat baik pak wali kota oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, bersitegang ataupun berselisih tidak akan menghentikan persoalan sosial ditengah masyarakat. Saya yakin niniak mamak nan gadang basah batuah, pucuak bulek, baurek sabana tunggang, badahan cupak jo gantang, barantiang barih balabeh akan bisa memahami niat baik seorang walikota yang mencintai kota dan warganya. (*)

Komentar