Bahasa HATI NURANI Seorang Osman Sapta Odang Dt Bandaro Sutan Nan Kayo : Pada Pilpres Mendatang Kekalahan Orang Minang Jangan Sampai “Hattrick”

Oleh :
FEBBY Dt. Bangso

Tak ada pilihan lain, Minangkabau nagari tacinto jangan lagi menjadi orang kalah. Riwayat kejayaan orang-orang Minang bukanlah sebuah tambo, tapi adalah fakta yang tertulis indah di ruang sejarah Nusantara. Sebagian besar para pendiri republik ini berakar dari anak negeri Minangkabau.

Boleh dibilang, Minangkabau adalah negerinya “para guru”. Pantas dan patut bilamana tokoh kharismatik Minangkabau, Dr. (H.C.) H. Oesman Sapta Odang Dt Bandaro Sutan Nan Kayo meradang dalam kesedihan tak bertepi. “Ranah Minang harus kita bangun, kita jemput kejayaan masa lalu. Tak ada kayu, demi negeri yang kucinta, jenjang pun akan kita keping”, ujar Osman Sapta Odang yang kondang dipanggil Oso.

Totalitas Oso membangun kampung tak usah ditanya lagi. Bagi orang Minangkabau di perantauan, Oso adalah “mamak” bersama. Untuk kesekian kalinya, ia kembali terpilih secara aklamasi memimpin DPP Gerakan Ekonomi dan Budaya (Gebu) Minang periode 2022-2027 . Melalui Gebu Minang, totalitas pikirannya selalu tercurah bagi pembangunan di daerah kita.

Ia menjadi tempat bertanya, ia menjadi tempat berkabar berita. Kesantunan dan nilai-nilai kasih sayangnya menjadi sinyal tanda cinta kepada tanah asalnya Ranah Minang.

“Sumatera Barat tak boleh lagi kalah !” ia seperti menahan kelat kepedihan atas kekalahan di beberapa ruang. Terutama, kekalahan kita dalam berbagai bidang Pembangunan disbanding daerah lain di Indonesia. “ Ada apa di negeri yang indah ini”, retoriknya dalam ujaran beraroma sedih mendalam.

“Orang Minang itu orang menang. Bukan orang kalah. Orang Minangkabau itu orang cerdas dan kuat daya pikirnya. Saya tak habis pikir, mengapa kita kalah terus di Pilpres. Kali ini, orang Minangkabau yang notabenenya dalam wilayah adminsitrasi Sumatera Barat, harus muncul menjadi pemenang. Mari kita tegakkan lagi kepala ini biar marwah negeri ini kembali bertuah !” ujar Oso yang dikenal sebagai sosok yang gigih memperjuangkan ideologi kebajikan untuk negara dan negeri demi NKRI.

Dalam bahasa sabak, kembali ketua umum Gebh Minang yang juga Ketua Umum DPP Hanura ini membandingkan daerah Sumbar dengan propinsi lain di Sumatera. “ Jangankan dengan daerah lain di luar sumatera , dengan provinsi tetangga terdekat saja dari segi Infrastruktur kita jauh tertinggal . Coba lihat ke Riau. Jalan tol dari Dumai ke Pekanbaru sudah selesai .Daerah kita? Aduh, sedih saya !” ujar Oso.

Simaklah, Kini dari Pekanbaru ke Bangkinang penyelesaiannya sedang dikebut. Sementara, daerah kita masih bergumul soal pembebasan lahan. “ Saya yakin, bila komunikasinya selaras dan sesuai, yakin saya para ninik mamak akan bersedia menyerahkan tanah ulayatnya. Barangkali, ini soal komunikasi dan soal pendekatan sosial yang persuasive”, ujar Oso menyinggung pembangunan jalan tol di Sumatera Barat.

“Saya yakin, mungkin ada komunikasi yang kurang pas antara pemerintah daerah dan para pemilik ulayat. Bukankah negeri kita adalah negeri yang adatnya bersendi syarak dan syaraknya bersendi kitabullah. Orang-orang Minangkabau adalah orang-orang yang taat di jalan kebenaran. Memberikan tanah untuk membuat jalan baru adalah salah satu pintu amal menuju surga. Selagi jalan itu masih dimanfaatkan orang banyak, niscaya, amalnya akan terus mengalir sampai kita mati” ulas Oso yang sangat yakin Sumbar akan mampu melakukan percepatan pembangunan asal dalam konsep “saiya sakato, saindak satido dek basamo mangko ka jadi”.

Kata Oso mengingatkan, daerah kita bukan daerah plus dalam pemasukan anggaran. Sebagian besar pembangunan kita tergantung pada APBN. Pada saat sekarang, APBD Propinsi Sumbar diambang “kebangkrutan”. Pada perubahan APBD Sumbar 2023, terjadi penurunan sebesar Rp303,508 miliar.

“Kalau sudah begini pendengaran, masihkah kita mampu mengatakan bahwa ‘kami tidak makan jalan toll’ sehingga menolaknya ? Sungguh, sebagai putra daerah, saya sedih…” ujar Oso yang tampaknya benar-benar tak mampu lagi menyurukkan kekecewaannya ketika investasi di daerah ini rendah karena investor kurang mendapatkan kenyamanan dan pemerintah daerah seperti enggan menjemput bola.

Oso menyimak perkembangan politik lokal di Sumbar. Ia melihat kebersamaan parpol di daerah untuk membangun Sumatera Barat seperti belum tersulam dengan indah . Kebersamaan seperti tergerus.

“Pemimpin daerah harus mampu menyulam dan mengajak masyarakat menyeluruh. Mari bersama-sama kita bangun daerah ini. Sendiri-sendiri itu tidak baik. Kita ajak semuanya, kepemimpinan bukan untuk kelompok atau golongan tertentu. Pemimpin itu, untuk semua” ulas Oso.

Oso mengeritisi masih terlihat lemahnya fungsi pemrintah daerah membangun komunikasi sosial dengan masyarakat. Kini masanya bahwa kita harus bergerak cepat atau responsif menyikapi persoalan persoalan sosial. Tugas ulama dan umaroh penting untuk memberikan pemahaman yang benar. Tak masanya lagi oknum-oknum mengatasnamakan agama untuk memperbodoh atau mendustai masyarakat kita. Orang Sumbar, orang cerdik dan orang pintar. Mari, atas nama cinta pada ranah bundo, kita tolak sikap-sikap yang membodohi orang banyak dengan membawa-bawa nama surga atau neraka demi kekuasaan sesaat” tukas Oso yang dikenal sebagai tokoh dermawan yang disegani dalam kehormatan sosial yang mulia.

Oso memang sangat peduli pada Sumatera Barat.Pada ranah Minang tacinto. Tanpa basa-basi ia berkata terus terang; “ Kita harus jujur. Ini fakta bahwa ilmu beragama kita orang Minang cendrung degradasi, Cendrung menurun. Kalau dulu, Lembaga pendidikan sosial kita di surau. Di surau, kita tidak hanya mengaji tapi juga mengkaji. Lalu, mendengar guru. Belajar apa yang tersurat dan tersirat. Tidak cukup belajar hanya mendengarkan dari media sosial, kita butuh tuangku. Butuh tuan guru. Kunci kaji itu ada pada guru. Guru jangan diingkari. Guru jangan dilawan. Orang yang mengkhianati guru, maka petaka pada nya.

Berkali-kali Oso mengingatkan kita dalam bahasa hati nurani . “ Bercermat dirilah dalam pilihan politik. Jangan sampai terjebak pada ota lapau seputar politik terkini. Cemati data.Simak fakta. Jangan mudah tercemar oleh kabar-kabar bohong. Sudah dua kali kita kalah di Pilpres. Adatnya orang Minang itu adalah menang; bukan kalah. Harapan saya tahun 2024 adalah tahun kemenangan orang Minangkabau yang tak mudah lagi dihasut dengan pilihan politik yang membawa-bawa agama. Mari kita berjihad melawan kabar bohong dan dusta demi kemenangan bagi Minangkabau tacinto”, pesan Oso.

“Mari kita berpikir untuk menang. Jangan mencari jalan kalah. Kasihan anak cucu kita. Saatnya Sumbar maju dengan pikiran yang maju dan dengan hati yang lapang. Ayo, kita berpolitik dengan bergembira dalam tautan tali rasa berhias hati Nurani untuk rakyat !” kata Oso dalam aksara penuh makna.

Komentar